“ 7 Jam Bersama Bidadari ”
Hujan rintik-rintik mengawali perjalanan ku untuk pulang
ke kapung halaman. Jam menunjukkan tepat pukul 03.00 sore. Perut ini mulai
bernyanyi dan menggelitik pertanda lapar mulai menyerang dan mengganggu
ketenangan perutku, sementara aroma bakso yang ada di depan jalan sana
membuatku tampak lapar dan tersiksa.
Namun, Aku menahan dan mencoba tidak tergubris dengan aroma bakso yang
sangat harum itu, karena uang yang aku punya hanya cukup untuk ongkos mobil
menuju kampung. Biaya memang mahal, mencari pengalaman lewat pendidikan cukup
menguras tenaga orang tua untuk banting tulang, pergi pagi pulang sore demi
mensejahterahkan dan membahagiakanku.
Dalam keadaan perut yang bergoyang dan alunan music
dangdut yang mengiringinya tiba-tiba dari arah barat muncul mobil panter plat
kuning dengan sopir yang melambaikan tangannya sambil bertriak.
Bone, Bone teriak “Pak
Sopir”. Saya pun melambaikan tangan kea rah mobil itu dan menanyakan ke arah
mana mobil itu akan pergi. Apakah sampai ke kampungku atau tidak ???
“Mau kemana Dek ?”
Tanya pak sopir.
“Kemana Tujuannya”?
tanyaku pada pak sopir.
“Ke Bone Kota Dek”
“Sampai ke Kec. Mare ngga
Pak?”
”Iya dek, silahkan
Naik.” Saya pun naik ke dalam mobil kebetulan kursi depannya masih kosong jadi,
Aku duduk di depan di samping pak sopir.
Pak Sopir Bertanya “ Di
Mare tinggal d mana dek,..??”
“Saya tinggal di dusun
Pattette”
“Oh, Pattette ”.
“Iya Pak”. Obrolan kami
pun terputus.
Hujan kian deras mennguyur jalanan, salah satu penumpang
memberi nasihat kepada sopir “ hati-hati pak sopir jalanannya licin”.
“Iya bu” Kta Pak Sopir.
Salah satu penumpang
bertanya kembali “Pak Kira –kira jam berapa kita sampai di Bone Kota?”.
“Jam Sembilan bu
Insyaallah kalau tidak ada halangan”.
Mataku mulai terasa sangat berat. Dingin yang menembus
pori-pori kulitku membuatku menggigil kedinginan. Aku mencoba untuk merasakan
dan menikmati cuaca pada malam itu sampai ku terlelap dalam tidur.
Di tengah perjalanan menuju alam bawah sadarku, Aku
menghayalkan makanan yang begitu banyak tersaji di depan mataku. Ku ambil satu
persatu, lalu ku masukkan ke dalam mulutku. “Oh nikmatnya” kataku dalam hati.
Ku panggil pelayan untuk menyuguhkan segelas Teh hangat di tengah derasnya
hujan yang mengguyur tempat makan itu.
“Pelayan”
“Iya Pak?” Pelayan itu
pun mendekat.
Pelayan bertanya “Ada yang bisa saya bantu Pak”? ” ketika ku palingkan wajahku tampak keindahan
yang luar bisa keluar dari panjaran wajah dan aurah tubuhnya.
“Masyallah Inikah
ciptaanmu Ya Allah” kataku dalam hati.
Dengan perasaan terombang-ambing di tengah gelombang
tsunami yang tiba-tiba dating dengan kekuatan 7 skala righter, mulutku terasa
kaku dan kering menatap wajahnya “Oh cantiknya.” Kataku kembali dalam hati.
Dia pun kembali bertanya “ada yang bisa saya bantu pak”?
suaranya yang begitu indah dan merdu membawa kedamaian di dalam jiwaku.
Ketiga kalinya Dia bertanya dengan muka sedikit kesal
sambil memukul meja “ Ada yang bisa saya bantu Pak ?”
Aku pun tersadar sadar
di tengah amukan ombak tsunami yang menerpaku.
“Iya, saya ingin pesan teh
hangat” kataku dengan muka merah karena malu.
“itu Saja Pak”
“Iya”.
Dia pun pergi ke
belakang untuk mengambil pesananku. Dengan pakaian putih yang rapi semakin
menambah keindahan yang terpancar dalam dirinya. Ku perhatikan cara jalannya
masyallah begitu rapi dan indah. Dia pun masuk ke dapur untuk mengambil
pesananku.
Ku perhatikan pintu dapur itu “Buka tutup, Buka Tutup”,
dan akhirnya Dia pun keluar dengan senyum yang manis dan sangat indah. Mataku
tak henti-henti menatap dirinya, bola matanya yang bulat seakan menghipnotisku
untuk masuk dalam pengaruhnya.
Dia pun meletakkan secangkir teh hangat di atas meja.
Tangannya yang putih halus dan lembut membuat mataku enggan untuk berkedip
sedikitpun. kukunya begitu bersih, indah, dan rapi ditambah hiasan warna merah
yang melekat di bagian atasnya. Sungguh serpurna ciptaan Mu ya ALLAh.
Inikah yang di namakan bidadari YA Allah ? sungguh
keindahan yang luar biasa. Dilihat dari luar sudah sangat indah ditambah
keramahannya yang menggambarkan kecantikan dalamnya. Pikiranku melayang
terbawah arus yang deras dan tak mampu untuk ku bendung.
Terlihat jam
dinding yang terpajang tepat di atas kepala pemilik toko, arahnya menunjukkan Pukul
11.00. kulihat orang mulai beranjak dari tempat duduknya dan segera
meninggalkan rumah makan itu. Ternyata tokonya sudah mau tutup. Aku pun
berinisial untuk mencari bidadari nan indah dan sempurna yang pernah ada. Tapi
sayangnya, bidadariku tak terlihat di mana-mana.
Aku menanyakannya pada pemilik warung makan itu “bu
pelayan yang tadi mengantarkan teh untuk saya ke mana yah ?” Tanyaku dengan
nafas yang terengah-engah.
“Sudah pulang dek”
jawab pemilik warung itu dengan tersenyum.
“boleh minta alamatnya
Ngga Bu” tanyaku dengan penuh harapan.
“emang ada apa dek?”
Tanya kembali dengan muka penasaran.
“saya teman lamanya Bu”
jawabku dengan gugup.
“Oh temannya, Kok saya
baru liat padahal semua temannya Ani saya kenal” ucapnya dengan muka heran.
“Oh namanya Ani” ucapku
dalam hati.
“emang ibu Siapanya ?”
Tanyaku Kembali.
“Saya Ibunya”
Astagfirullah, Mukaku langsung memerah dengan perasaan
kacau. Ternyata Dia ibu dari pelayan yang sangat cantik dan sempurna itu.
Tiba-tiba terdengar suara laki-laki memanggilku.
“dek, dek, dek, bangun,
bangun”.
“Iya pak” aaaaduuhh,
ternyata pak sopir yang sedang membangunkan ku dari tidur.
“Rumahnya di mana Dek,
kita sudah di Mare ?”.
“Itu di depan pak”
menunjuk dengan keadaan masih ngantuk.
Pak sopir memberhentikan mobilnya lalu berkata
“ sudah sampai dek”
Ku lihat jam di
handphoneku menunjukkan pukul 09.00. Oh iya, Makasih Pak” kataku dengan
memberikan selembar uang lima puluh ribu.
“7 jam bersama
bidadari” yang membawa berjuta hikmah dalam perjalananku.
“Aku turun dari mobil
sambil tersenyum dan tersipu malu” hahaha……..
THE AND